
Sangasanga Luncurkan SiMATA Pejuang, Inovasi Digital untuk Hidupkan Wisata Sejarah
NalaRNusantara-Kukar; Langkah kreatif kembali diambil oleh Pemerintah Kecamatan Sangasanga, Kutai Kartanegara (Kukar), dalam menghadirkan pengalaman baru bagi para pecinta wisata sejarah. Melalui inovasi yang menggabungkan teknologi dan edukasi, Sangasanga kini memiliki Sistem Informasi Mandiri Wisata (SiMATA) Pejuang, sebuah sistem berbasis barcode yang memudahkan pengunjung mengakses narasi sejarah perjuangan bangsa, langsung dari lokasi bersejarah.
Inovasi ini lahir dari semangat untuk memodernisasi layanan wisata sejarah sekaligus memperkuat identitas Sangasanga sebagai Kota Juang, yang menyimpan banyak kisah penting dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia. Tak sekadar melihat tugu atau monumen, kini wisatawan bisa membaca kisah perjuangan di baliknya hanya dengan memindai barcode menggunakan ponsel mereka.
Camat Sangasanga, Dachriansyah, menuturkan bahwa gagasan awal SiMATA Pejuang muncul dari pelatihan kepemimpinan yang diikuti oleh staf kecamatan. Dari pelatihan tersebut, lahirlah sebuah ide yang kemudian dikembangkan menjadi sistem informasi praktis, ramah pengguna, dan sarat nilai edukatif.
“SiMATA Pejuang adalah sistem informasi berbasis barcode. Pengunjung tinggal memindai kode yang terpasang di setiap tugu atau monumen, dan mereka langsung diarahkan ke halaman yang berisi penjelasan sejarah lengkap dari situs tersebut,” jelas Dachriansyah, Kamis (29/5/2025).
Saat ini, SiMATA Pejuang telah diterapkan di lima monumen bersejarah di kawasan Sangasanga. Setiap monumen kini bukan sekadar bangunan bisu, melainkan gerbang menuju cerita perjuangan yang bisa diakses siapa saja, kapan saja. Cukup dengan satu kali pindai, pengunjung dapat menikmati narasi sejarah secara ringkas, akurat, dan mudah dipahami.
Bagi Dachriansyah, sistem ini bukan hanya solusi dari keterbatasan pemandu atau papan informasi yang belum tersedia, tetapi juga bentuk modernisasi dalam menyampaikan sejarah kepada generasi baru.
Ia menekankan pentingnya pendekatan digital dalam menjaga agar nilai-nilai sejarah tetap hidup di tengah masyarakat yang semakin lekat dengan teknologi.
“Kami ingin ketika wisatawan datang, mereka tidak hanya melihat bangunan fisik. Mereka harus tahu makna, perjuangan, dan semangat yang tertanam di dalamnya. Ini penting agar tumbuh rasa hormat dan cinta terhadap sejarah bangsa,” ungkapnya.
Pemerintah Kecamatan Sangasanga menargetkan seluruh situs bersejarah, mulai dari tugu, tempat pertempuran, hingga area strategis lainnya, akan dilengkapi sistem serupa. Upaya ini menjadi bagian dari transformasi pelayanan publik berbasis digital, khususnya di sektor wisata sejarah.
Tak hanya menyasar wisatawan luar daerah, SiMATA Pejuang juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal, terutama kalangan muda. Dengan pendekatan digital yang lebih akrab di kalangan generasi Z dan milenial, sejarah tidak lagi terasa kuno, tetapi relevan dan menarik untuk dipelajari.
“Ini langkah kecil tapi bermakna besar. Sangasanga punya peran penting dalam sejarah kemerdekaan. Sudah waktunya cerita-cerita itu disampaikan dengan cara yang lebih modern dan mudah dipahami,” pungkas Dachriansyah.
Dengan terobosan ini, Sangasanga tak hanya menjaga warisan sejarah, tetapi juga membuktikan bahwa inovasi bisa menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.