Membidik Masa Depan: Menutup Kesenjangan Keterampilan Generasi Z dalam Revolusi Digital

NalaRNusantara – di tengah kemajuan teknologi yang pesat dan perubahan lanskap pekerjaan yang terus berkembang, Generasi Z – kelompok yang terbiasa dengan teknologi sejak lahir dihadapkan pada tantangan baru dalam menghadapi dunia kerja. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Gen Z adalah kesenjangan keterampilan, yaitu kesenjangan antara apa yang dipelajari di sekolah dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia nyata.

Mengatasi kesenjangan keterampilan Gen Z menjadi sebuah perjuangan yang penting bagi pendidik, pembimbing, dan pengusaha di era ini. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan meningkatkan kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Sekolah dan universitas perlu beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan pasar kerja dengan menawarkan program-program pendidikan yang relevan dan kursus-kursus keterampilan yang sesuai dengan tuntutan industri.

Selain itu, perusahaan juga dapat berperan aktif dalam membantu mengisi kesenjangan keterampilan ini. Program magang, pelatihan dalam pekerjaan, dan kemitraan dengan lembaga pendidikan dapat menjadi sarana untuk memperkuat keterampilan Gen Z dan mempersiapkan mereka untuk dunia kerja.

Tidak hanya itu, penting bagi Gen Z untuk mengembangkan keterampilan tambahan di luar lingkup pendidikan formal. Mereka perlu belajar secara mandiri, mengikuti kursus online, membaca buku, dan terlibat dalam proyek-proyek praktis yang dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam bidang yang diminati.

Dengan upaya bersama dari pendidik, industri, dan individu sendiri, kesenjangan keterampilan Gen Z dapat diatasi. Generasi ini memiliki potensi besar untuk menjadi angkatan kerja yang produktif dan inovatif jika diberikan kesempatan dan dukungan yang tepat.

Meskipun Gen Z menghabiskan banyak waktu online, survei Salesforce baru-baru ini mengungkapkan bahwa hanya 32% yang merasa cukup siap untuk memiliki keterampilan digital penting di tempat kerja. Untuk keterampilan tingkat lanjut seperti pengkodean, enkripsi data, keamanan siber, dan AI, angkanya bahkan turun lebih rendah lagi. Hanya seperlima responden Gen Z yang percaya bahwa mereka memiliki keterampilan dalam pengkodean, 18% dalam enkripsi data dan keamanan siber, dan 7% dalam AI.

Diperkirakan bahwa Gen Z akan mengisi sekitar 27% angkatan kerja pada tahun 2025, termasuk mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2009. Oleh karena itu, mengatasi kesenjangan keterampilan ini sangat penting untuk kesuksesan tim di masa depan.

Untuk mengatasi tantangan ini, pendidikan dan industri harus bekerja sama untuk menyediakan pelatihan yang relevan dan mengakses sumber daya yang diperlukan. Program magang, kemitraan industri-pendidikan, dan pelatihan dalam pekerjaan adalah beberapa cara di mana pemangku kepentingan dapat berkontribusi untuk mempersiapkan Gen Z dengan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil di dunia kerja yang semakin terhubung dan berkembang pesat.

Selain itu, perlu ada penekanan pada pengembangan keterampilan mandiri di luar kurikulum formal. Gen Z harus didorong untuk mengambil inisiatif dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui kursus online, membaca, dan terlibat dalam proyek-proyek praktis.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan bahwa kesenjangan keterampilan Gen Z dapat diatasi, memungkinkan mereka untuk menjadi angkatan kerja yang lebih siap dan berdaya saing di masa depan yang didominasi oleh teknologi digital. (*Oleh:  Fahrijal Backend Development Universitas Kutai Kartanegara)

289 views 3 mins 0 Comments